Wednesday, November 14, 2018

Hasil Pertemuan Jokowi-Putin, Saling Perkuat Ekonomi Indonesia-Rusia

Jokowi-Putin - Belakangan Rusia sibuk menjalin kerja sama dagang dengan negara-negara Asia, tergolong Indonesia. "Poros Asia" yang dipermaklumkan Moskow diharapkan dapat membebaskan perekonomian Rusia dari kekuasaan Eropa.



Dalam lawatannya yang langka ke Asia Tenggara guna menghadiri KTT ASEAN di Singapura, Presiden Rusia Vladimir Putin akan membawa portfolio mengandung dua primadona ekspor Rusia, yaitu senjata dan energi. Kedua urusan tersebut pula yang ditawarkan Moskow untuk Indonesia untuk menambah hubungan dagang antar kedua negara.


Indonesia contohnya masih menegosiasikan pembelian 11 unit pesawat tempur Sukhoi SU-35 senilai US$ 1,14 miliar atau setara Rp 16,7 triliun. Pertamina digandeng Rosneft buat membina kilang pengolahan minyak dan gas di Tuban, Jawa Timur dan Merpati Airlines diisukan akan kembali hidup dengan membina armada Sukhoi Superjet SSJ-100.


Tidak melulu jet sipil kepunyaan Sukhoi, Rusia pun aktif menjajakan pesawat penumpang Irkut MC-21 dan helikopter angkut Mi-171A2 untuk Indonesia, laksana yang diungkapkan Menteri Industri dan Perdagangan Denis Manturov untuk kantor berita TASS, Oktober silam. "Tawaran ini tidak hanya sehubungan dengan ekspansi kerjasama di industri penerbangan, tetapi pun pengembangan kerjasama dengan mengangkat kompetensi perusahaan lokal," kata dia.


Manturov pun mengaku sudah menawarkan sistem pengendalian kemudian lintas udara guna bandar-bandar udara di Indonesia, di samping energi nuklir dengan embel-embel alih teknologi yang telah diwacanakan semenjak jauh hari.


Sejak embargo Eropa dan Amerika Serikat berhubungan Ukraina, Rusia menempatkan area Asia Pasifik sebagai konsentrasi pengembangan kerjasama ekonomi. Ketegangan di Laut China Selatan dan geliat terorisme membuka peluang untuk Moskow bikin memperkuat pengaruhnya. Sebab tersebut sejumlah pengamat di Singapura mempercayai Putin bakal lebih sering berangjangsana ke area untuk memperdalam kerjasama perdagangan.


Terutama penjualan senjata Rusia di Asia Tenggara menulis lonjakan tajam. Saat ini negeri beruang merah itu ialah pemasok senjata terbesar guna ASEAN. Sebanyak 12.2% ekspor senjata Rusia antara 2013-2017 tiba di Asia Tenggara. Sepuluh tahun lalu, menurut keterangan dari Asian Nikkei Review, jumlahnya melulu sebesar 6,2%.


 

Indonesia Membuka Tangan


Seakan gayung bersambut, Indonesia yang sedang kelimpungan menghadapi ancaman boikot Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit, pun bercita-cita pada Rusia buat mengamankan sektor yang menjadi motor perkembangan ekonomi itu.


Saat ini nilai perniagaan bilateral Indonesia dan Rusia pada tahun 2017 terdaftar meningkat 14,34 persen atau senilai US$ 2,5 miliar. Dalam pertemuannya dengan Putin, Presiden Joko Widodo bercita-cita dukungan Moskow untuk komoditas sawit (CPO). "Kami memohon sokongan untuk promosi dan kampanye positif untuk CPO Indonesia," kata dia.


Di samping sawit, Indonesia pun giat menawarkan produk perikanan dan buah tropis.


Untuk tersebut Indonesia siap menginjak rezim dagang pimpinan Rusia, EAEU, alias Kerjasama Perdagangan Ekonomi Eurasia. "Saya harap Rusia sebagai Ketua EAEU dapat menolong mempercepat keputusan kolektif untuk dimulainya perundingan FTA (persetujuan perniagaan bebas) antara Indonesia dengan EAEU utamanya guna menanggapi prosedur pengusulan yang sudah kami ucapkan sejak 2017," tutur Jokowi usai bertemu Putin.


 

Realita Menjauh


Meski demikian poros unsur timur yang diimpikan Moskow masih jauh panggang dari api, tulis analis Brookings Institute dalam laman editorialnya. Kebergantungan yang besar terhadap pasar Eropa dinilai menciptakan perekonomian Rusia kendala melakukan penganekaragaman mitra bisnis, terlebih di area Asia Pasifik.


Sebagai catatan, area timur Rusia yang berbatasan dengan China melulu dihuni oleh tujuh juta penduduk, sementara area barat di sekitar perbatasan Eropa dihuni sampai 110 juta penduduk.


Maka bisnis senjata dan energi diharapkan dapat memperbesar kesempatan Rusia di area Pasifik. Belum lama ini pemerintah di Moskow mempublikasikan strategi pengembangan pasar energi yang diberi nama ES-2035. Di dalamnya Rusia hendak membangun koridor energi raksasa ke Asia guna memasok Jepang, Korea Selatan, China dan bahkan India.


Untuk tersebut Rosneft telah memperluas kilang gas di pulau Sakhalin yang berbatasan langsung dengan Jepang.

No comments:

Post a Comment